Membangun Komunitas Pewaris Budaya

Kata Budaya tersusun dari dua kata “budi” dan “daya”. Produk budaya, apapun itu adalah hasil dari pengembangan secara konkrit dari budi dan daya, dari segala talenta dan anugerah Tuhan kepada setiap pribadi. Mengoptimalkan budi dan daya dalam sebuah karya nyata sebenarnya bias dimaknai sebagai wujud nyata persembahan kita kepada Tuhan, apapun bentuk atau wujudnya. Salah satu produk budaya itu adalah Karya Seni. Karya seni biasanya dihasilkan oleh bangunan budaya daerah tertentu. Di pulau Jawa, terkhusus lagi di Yogyakarta, ada berbagai karya seni yang terbangun dan dihayati sejak dahulu kala dan tetap dilestarikan sampai sekarang.

Gereja sebagai sebuah Lembaga agama sudah sangat terbuka terhadap seni budaya local sejak Konsili Vatican II. Inkulturasi menjadi proses yang sangat wajar dari proses penyesuaian budaya antara budaya Kristen dan budaya Jawa. Salah satu bentuk inkulturasi yang sudahsekian lama terjadi dan dilakukan sampai sekarang adalah seni gamelan jawa. Sejak lama gamelan Jawa sudah masuk dalam ritual Kristen sebagai pemberi warna dan suasana sebagai iringan lagu-lagu liturgi. Faktanya, karena dilaksanakan dalam budayalokal (gamelan dan lagu-lagu bergaya jawa) umat dapat semakin menghayati dan masuk dalam rangkaian ritual yang dilaksanakan pada setiap Perayaan Ekaristi.

Namun di sisi lain, karena membanjirnya pengaruh budaya luar dan dirasakan lebih modern, sementara gamelan identik dengan hal-hal kuno dan tertinggal, saat ini tidak mudah menemukan generasi muda yang masih punya interes sebagai pemain gamelan. Keberadaan gadget dan arus teknologi informasi saat ini juga memiliki pengaruh yang sangat besar dan punya andil memisahkan anak-anak dari seni budaya dan tradisi lokal. Situasi inilah yang mendorong Dewan Pastoral Paroki Baciro, khususnya Tim Pelayanan Seni Budaya membuka kelas atau komunitas khusus anak dan remaja untuk belajar gamelan yang juga diarahkan untuk mengiringi misa suatu saat nanti.

Di luar dugaan, respon dari anak dan remaja cukup antusias, ada setidaknya 15 anak yang bergabung dalam komunitas gamelan anak dan remaja ini. Latihan dilakukan setiap hari Sabtu sore, pk. 16.00 – 17.30. Kemampuan dan semangat mereka untuk menguasai alat music gamelan  sangat luar biasa. Pada latihan perdana diawali dengan pengenalan dan filosofi gamelan itu sendiri. Pengantar ini diharapkan dapat merubah mindset anak-anak terhadap gamelan. Pada dasarnya gamelan bukan budaya yang kuno dan statis yang seolah tidak dapat mengikuti perkembangan jaman. Faktanya gamelan bias dengan enak berkolaborasi dengan alat-alat musik modern. Gamelan juga dapat digunakan untuk mengiringi lagu-lagu masa kini.

Setelah berlatih 4 kali, semakin terlihat bahwa kemampuan anak dan remaja ini dalam memainkan gamelan sangat menjanjikan. Hampir semuanya sangat menikmati dinamikanya berlatih dan memainkan gamelan. Semoga ini menjadi tanda-tanda yang menggembirakan dari berkembangnya komunitas gamelan anak dan remaja, setidaknya di Paroki Kristus Raja Baciro kita yang tercinta ini. Mari kita dukung dan dorong anak-anak kita dalam menjadi agen-agen pelestari budaya bangsa. Bukan dengan cara menjauhkan mereka dari gadget, tetapim emberi ruang ekspresi kepada mereka untuk berjumpa dan berdinamika dengan alat music tradisional : GAMELAN.

August WA
Pendamping Komunitas Anak dan RemajaPecinta Gamelan
Gereja Kristus Raja Baciro Yogyakarta