Paroki Kristus Raja Baciro
Jl. Melati Wetan No.47, Baciro, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55225
Tahun Yubileum: Sejarah dan Perkembangannya dalam Tradisi Gereja
Ditulis oleh Florent Junita pada 03-06-2025

Dibukanya Pintu Suci atau Porta Sancta di Basilika Santo Petrus oleh Paus Frasnsiskus pada 24 Desember 2024, menjadi simbol dimulainya Tahun Yubileum 2025. Tahun Yubileum yang diperingati setiap 25 tahun sekali ini merupakan tradisi istimewa dalam Gereja Katolik di mana umat Katolik dapat menerima idulgensi penuh atau pengampunan dosa sebagai bentuk pengampunan Allah atas dosa-dosa mereka. Lalu bagaimana asal mula dimulainya tradisi Yubileum bagi umat Katolik ini?
Yubileum berasal dari kata “Yobel” yang merupakan alat musik yang berasal dari tanduk domba jantan dan digunakan untuk mengumumkan Hari Penebusan Dosa (Yom Kippur) dalam tradisi umat Yahudi setiap tahun ke-50. Masa ini menjadi waktu bagi pembebasan budak, penghapusan utang, dan pengembalian tanah yang telah dijual kepada pemilik aslinya. Tradisi ini bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sosial, menjaga hak-hak setiap individu, serta memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal dalam kemiskinan atau keterikatan utang yang tak terbayarkan. Hal ini sebagimana tercatat dalam Kitab Imamat 25:10-14 yang berbunyi “Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi segenap penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya dan kepada kaumnya. Tahun yang kelima puluh itu harus menjadi tahun Yobel bagimu, jangan kamu menabur, dan apa yang tumbuh sendiri dalam tahun itu jangan kamu tuai, dan pokok anggur yang tidak dirantingi jangan kamu petik buahnya. Karena tahun itu adalah tahun Yobel, haruslah itu kudus bagimu; hasil tahun itu yang hendak kamu makan harus diambil dari ladang. Dalam tahun Yobel itu kamu harus masing-masing pulang ke tanah miliknya. Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain.”
Dengan merayakan Yubileum, masyarakat Yahudi diminta untuk kembali merenungkan hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama, memperbarui ikatan sosial mereka, dan meresapi nilai-nilai keadilan dan perdamaian. Konsep ini menjadi landasan penting dalam membentuk masyarakat yang adil dan harmonis pada masa itu.
Seiring berjalannya waktu, tradisi Yubileum diterima dan dipelihara oleh Gereja Katolik. Paus Bonifasius VIII pertama kali mendeklarasikan Tahun Yubileum pada tahun 1300, yang menjadi tahun pertama perayaan Yubileum dalam Gereja Katolik. Paus Bonifasius VIII menginginkan agar perayaan ini menjadi kesempatan bagi umat Katolik untuk menerima pengampunan dosa melalui indulgensi. Hal ini berbeda dengan tujuan asal Yubileum dalam tradisi Yahudi, yang lebih berfokus pada keadilan sosial. Namun, Paus Bonifasius menekankan pentingnya pengampunan dalam kehidupan rohani umat Katolik.
Selama berabad-abad, perayaan Yubileum dalam Gereja Katolik telah menjadi acara penting dalam kalender liturgi Gereja. Namun, tidak setiap tahun Yubileum dirayakan. Frekuensi Tahun
Yubileum telah berubah dari waktu ke waktu: pada awalnya, dirayakan setiap 100 tahun; kemudian, pada tahun 1343 Paus Klemens VI mengurangi jarak antara Tahun Suci menjadi 50 tahun, dan pada tahun 1470 Paus Paulus II membuatnya setiap 25 tahun hingga kini.
Dalam perkembangannya, Tahun Yubileum juga menjadi waktu untuk memperkuat solidaritas sosial dan mendukung upaya-upaya kemanusiaan di seluruh dunia. Paus Fransiskus memperkenalkan Tahun Yubileum dengan tema Peziarah Harapan pada tahun 2025. Tema ini mencerminkan kebutuhan umat manusia akan harapan di tengah krisis sosial dan lingkungan yang dihadapi saat ini. Paus Fransiskus menekankan bahwa Tahun Yubileum bukan hanya tentang pembebasan dosa secara spiritual, tetapi juga tentang membawa perubahan nyata dalam masyarakat melalui keadilan sosial dan perhatian terhadap mereka yang tertindas.
Tahun Yubileum 2025, yang dirayakan pada 24 Desember 2024 hingga 14 Desember 2025, juga memperlihatkan keberlanjutan tradisi yang sudah berlangsung berabad-abad. Selama tahun ini, Paus Fransiskus menyerukan umat untuk lebih terlibat dalam solidaritas global, membangun perdamaian, dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia. Momen ini menjadi panggilan bagi umat Katolik untuk merenungkan kembali panggilan mereka sebagai umat Tuhan, dengan mengutamakan nilai-nilai kasih, keadilan, dan pengampunan.
Dengan perjalanan panjang sejarahnya, Tahun Yubileum diharapkan membawa umat lebih dekat kepada Tuhan. Melalui perayaan ini, umat Katolik diingatkan akan pentingnya pembaruan spiritual dan peran aktif dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih.