Paroki Kristus Raja Baciro

Jl. Melati Wetan No.47, Baciro, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55225


Menyelami Warisan Iman di Museum Misi Muntilan

Ditulis oleh Floren pada 30-07-2025

Thumbnail

Muntilan, 20 Juli 2025 — Sebagai salah satu program visioner, Paroki Kristus Raja Baciro mengadakan kegiatan rekoleksi untuk Pendampingan Iman Remaja (PIR) dengan kunjungan ke Museum Misi Muntilan, salah satu tempat bersejarah dalam karya misi Keuskupan Agung Semarang. 

Kegiatan ini diawali dengan briefing dan games seru yang membangun semangat kebersamaan dan kekompakan antar peserta. Setelah itu, rombongan melakukan perjalanan menuju Museum Misi. Setibanya di lokasi, peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk berkeliling di Museum. Kedua kelompok peserta diajak menyaksikan kisah Sejarah penyebaran iman Katolik di tanah Jawa melalui video dokumenter yang ditayangkan. 

Setelah itu, para remaja mengelilingi berbagai ruangan penuh nilai sejarah dan iman. Dimulai dari lantai satu, peserta disuguhi koleksi peninggalan Uskup pertama Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ dan Uskup kedua Kardinal Justinus Darmojuwono, berupa jubah dan barang peninggalan lainnya. Di hadapan koleksi itu, terpampang pula deretan foto-foto bersejarah Keuskupan. Setiap bingkainya menggambarkan momen-momen penting dalam Sejarah Keuskupan Agung Semarang.

Para peserta diajak mengenal sosok dua Uskup awal Keuskupan Agung Semarang melalui peninggalan bersejarah.

Setelah menapaki kisah di lantai satu, peserta diajak naik ke lantai dua, tempat di mana terdapat berbagai ruangan bersejarah yang menyimpan banyak cerita. Terdapat ruangan berisi koleksi Sejarah Katolik di tanah Jawa, seperti lonceng, peralatan misa, serta terdapat dua panel sejarah, yang menampilkan misi dan perjalanan Sejarah iman Katolik di Indonesia dan khususnya di Jawa Tengah.  Di ruangan ini juga tersimpan barang peninggalan Uskup Agung Semarang saat itu, Mgr. Albertus Soegijapranata SJ.

        

Berikutnya terdapat ruang katekis awam, yang berisi peninggalan kaum awam yang terlibat dalam penyebaran kabar sukacita Injil melalui pelayanan di Keuskupan Agung Semarang. Kemudian mereka memasuki ruang tarekat, yang memamerkan jejak karya para biarawan dan biarawati yang turut membangun Keuskupan.

Kegiatan berlanjut ke ruang Uskup yang menyimpan benda-benda peninggalan para Uskup di Keuskupan Agung Semarang berupa jubah, tongkat gembala dan koleksi lainnya. Salah satunya adalah Uskup Pertama, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ yang terkenal dengan slogannya “100% Katolik, 100% Indonesia.” Di sana juga terpajang patung pelikan sebagai symbol pengorbanan dan kasih.

Patung Pelikan sebagai tanda pengorbanan.
Potongan jubah yang dipercaya milik Rm. R. Sandjaja, Pr.

Peserta kemudian diajak untuk melihat peninggalan kisah penghilangan nyawa Rm. Richardus Kardis Sandjaja, Pr. dan Fr. Hermanus Bouwens, SJ, seperti potongan jubah. Juga terdapat warisan Rm. Y.B. Mangunwijaya, Pr. berupa mesin ketik, jubah, kamera, dan koleksi lainnya. 

Ruangan berikutnya, adalah tempat disimpannya peninggalan Paus Yohanes Paulus II saat kedatangannya di Indonesia. Di sana tertata rapi mimbar, altar, dan kursi berbahan bambu yang digunakan pada Misa bersama Paus pada tahun 1989 di Lapangan Dirgantara, Yogyakarta.

Ruangan terakhir adalah ruang relikui, tempat disimpannya tulang-belulang Orang Kudus. Penghormatan terhadap relikui menyatakan bahwa terdapat Persekutuan antara para kudus di surga dan orang beriman yang masih hidup di bumi dan bahwa tubuh orang Kristen adalah “bait Allah.”

Relikui Orang Kudus.

Di akhir perjalanan, para remaja diajak untuk mengunjungi Kerkof Muntilan — Makam Para Imam Jesuit. Peserta diberi waktu untuk berdoa sebelum akhirnya kembali melakukan perjalanan pulang.

Serangkaian kegiatan perjalanan ke Museum Misi dan Kerkof Muntilan ini tidak hanya memperlihatkan benda-benda bersejarah kepada para remaja, tetapi juga menyentuh nilai-nilai iman, pengorbanan, dan semangat pelayanan yang diwariskan oleh para pendahulu Gereja. Diharapkan, pengalaman ini dapat menjadi bekal Rohani dan memperdalam iman, sekaligus menumbuhkan rasa syukur atas karya misi Keuskupan Agung Semarang yang terus hidup hingga kini.